≈All My Heart-{Part 1}≈

Please jangan BASHING GW HANYA KARENA GW BAWA BAWA TUHAN DI SINI!!! JUJUR GW MALAH LEBIH BANGGA NULIS TENTANG TUHAN KETIMBANG NC! JADI JANGAN BASHING APAPUN OK!!!! GA SUKA GA USAH BACA!!! GW GA MAKSA!!!!!

Unknown Place

“Kibum, aku perintahkan kau pergi ke seberang utara—di sana akan ada jiwa baru yang siap untuk di ambil” Suara berat dan penuh wibawa itu berasal dari sosok besar—jauh lebih besar daripada manusia berukuran normal di depannya sekarang ini

Lelaki yang berbadan sedang, berwajah luar biasa tampan—tak bercela itu mengangguk paham. Wajahnya yang selalu datar kali ini berkedut, menunjukkan sebagian emosinya, “Maafkan jika hamba lancang, tapi” Kibum mengangkat wajahnya, “Kenapa harus saya? Saya kan baru malaikat tingkat dasar, belum terlatih Tuanku….kenapa saya yang di utus” suaranya mengalun indah bak sebuah simphoni sederet lagu.

Mahluk yang di panggil Kibum—sang malaikat tersebut dengan sebutan ‘Tuan’ tersenyum penuh perhitungan, “Apakah kau tahu rencanaku? Tentu tidak! meskipun kau masih malaikat tingkat dasar, tapi inilah tugasmu” Sosok besar yang terselubungi sinar terang itu mengacungkan jarinya, “Bawalah jiwa Song Rye Rim, siswa berumur 16 tahun yang sedang mengalami radang paru paru kemari, sebelum tengah malam” ulangnya bernada memerintah

 

Kibum mengangguk kaku dengan sebelah tangan menyilang di bagian dadanya—memberi tanda hormat tertinggi, “Kalau itu kemauan Tuanku, akan saya laksanakan” ucapnya merdu bak penyanyi opera terbaik yang pernah ada

“Bagus” Sosok itu mengelus dagunya—merasa agak puas, “Dan jika kau berhasil melaksanakan tugas ini tanpa cela, kau akan kuangkat menjadi malaikat pencabut nyawa tingkat tinggi” janjinya

Mendengar kalimat terakhir, wajah Kibum mendongak terkejut—walaupun masih dalam batas kesopanan yang selama ini ia tunjukkan. Kibum merunduk dalam dalam sekali lagi sebelum pamit pergi

“Hati hati” kata sosok itu ramah dan hangat. Suaranya menyelubungi hati Kibum—membuatnya lebih bersemangat untuk melaksanakan tugas ini, “tapi ingat—“ tambah sosok itu menahan langkah Kibum

Kibum berbalik dengan pandangan bertanya

“Jangan sampai kau salah membawa jiwa, aku tidak mau itu sampai terjadi” suara hangat itu berubah resmi dan tegas.

Lagi lagi Kibum mengangguk pelan—masih berwajah datar lalu keluar dari ruangan terang penuh cahaya tersebut dengan satu misi penting

Tugas pertamanya

Rumah sakit Seoul, kamar 235, Ruang ICU

 “Bagaimana Dokter?? Bagaimana keadaannya??” Heechul dan kedua orangtua Song Rye Rim langsung berdiri menghampiri seorang dokter yang keluar dari ruang ICU.

Dokter itu menggeleng pedih, “Maaf…tapi kemungkinan putri anda sembuh—tipis….” Ia berkata terus terang

“Tidak….hiks..tidak….” Ibu Rye Rim menutup mulutnya, hampir kehilangan kendali. Untung saja Heechul yang berada di dekatnya langsung memapah Ibu Rye Rim lalu membawanya ke bangku, “Adjumma jangan khawatir—dia pasti sembuh” gumam Heechul setengah berharap

“Tapi…Heechul….dia…” Ibu Rye Rim menaruh berat kepalanya bersandar kebelakang. Keadaannya hampir tidak berdaya menghadapi vonis dokter. Anak satu satu miliknya mengalami radang paru paru akut tanpa di ketahui jauh jauh hari. Umurnya bertambah tipis seiring waktu berlalu

Tidak ada yang bisa kedua orangtua Rye Rim lakukan kali ini.

Appa Rye Rim kelihatan lebih tegar. Sebelah tangannya menepuk pundak Heechul sebelum akhirnya ia bergabung di kursi pengunjung, “Terima kasih karena kau selalu bersama Rye Rim…..padahal dia keadaannya sedang…” Appa Rye Rim tidak dapat melanjutkan perkataannya

“Dia sahabatku Adjushi” bisik Heechul menggeser tubuhnya agar bisa melihat Appa Rye Rim, “Rye Rim saja mau menerimaku, kenapa aku tidak?” Heechul membalas tepukan halus di pundak pria paruh baya itu, bersimpati, “Oh ya Adjushi dan Adjumma belum makan kan? bagaimana kalau kalian makan dulu sementara aku menjaga Rye Rim di sini” tawar Heechul berusaha membuat suasana menjadi lebih ceria

Appa Rye Rim yang berdiam diri dan Ibu Rye Rim yang masih terisak kecil, serentak menoleh kepada Chulie. Senyum lembut menghiasi wajah keduanya, “Kau ini—sudah seperti anak kedua kami” Ibu Rye Rim mencubit pipi Heechul—sayang, “Hehehe, jadi Adjumma mau kan makan dulu? Ayolah—kalian baru sekali makan sejak kemarin….” Bujuk Heechul melayangkan pandangan memohon kepada mereka berdua

“Baiklah!” tutur Appa Rye Rim seraya bangkit berdiri, “Ayo Umma—kita makan dulu, nanti kita bisa di marahi Heechul lagi”

Heechul terkekeh saja mendengarnya

“Iya Appa—tidak ada yang perlu di khawatirkan selama Heechul menjaga putri kita” sahut Ibu Rye Rim mengelus rambut Heechul sebelum tersenyum tipis, “nanti akan kami bawakan nasi kotak untukmu”

“Tidak usah repot repot Adjumma, tapi kalau berkenan aku sih mau saja” kata Heechul tersenyum jahil

“Kau ini?!” geram Ibu Rye Rim pura pura marah

“Sudah kalian pergi saja” dorong Heechul gemas karena kedua orangtua temannya ini masih berdiam di tempat, “Rye Rim masih akan di sini sampai kalian kembali, tenang saja”

Appa dan Umma Rye Rim saling berpandangan mengerti, “Kami tahu itu, tunggu kami saja…” Mereka berdua berjalan bergandengan tangan, melewati lorong panjang rumah sakit sementara Heechul memandangi mereka dengan penuh kasih sayang. Betapa beruntungnya Rye Rim memiliki kedua orangtua yang menyayanginya lebih dari apapun

“Hmm…..cepatlah bangun” kata Heechul melihat keadaan Rye Rim dari balik kaca, “Kasihan mereka……aku juga…..” Heechul memilih bangun dan menempelkan kedua tangan putihnya pada kaca transparan itu, “Kami akan…….”

Suara ceria Chulie membeku tepat di tenggorokannya. Ia mematung, tidak bergerak ketika melihat sosok lelaki berpakaian serba hitam turun, menembus atap rumah sakit dan berada di sisi tempat tidur Rye Rim sekarang

“Itu….” Mungkin suara sekecil itu hanya Heechul saja yang bisa mendengarnya. Sosok lelaki tidak di kenal itu semakin jelas. Wajahnya tidak bercela di lihat dari samping dan ada sepasang sayap hitam di belakang jaket kulitnya.

Andai saja, oh andai saja sayap itu tidak ada….Heechul pasti sudah berteriak maling detik ini juga…..

Mahluk itu menengadahkan tangannya di atas kepala Rye Rim, kedua matanya terpejam dan ada sebuah cahaya memutar di dalam ruang ICU sahabat Heechul tersebut

“TIDAK!!!” erang Heechul bergegas masuk tanpa menggunakan masker dan pakaian khusus ruang ICU. Langsung saja, ia merengkuh kepala Rye Rim dalam pelukannya—melindungi sahabatnya dari mahluk yang Heechul tahu betul jika dia…bukan manusia…

Kibum berhenti berkonsentrasi. Kedua matanya terbuka sempurna untuk melihat siapa yang berani menghalangi tugasnya. Dan betapa terkejutnya Kibum mendapati ‘manusia’ lah di depannya saat ini

“Kau..” kata Kibum terperangah—wajah tampannya bergerak memunculkan reaksi yang tidak biasa ia tunjukkan, “Apa kau bisa melihatku??” sambungnya hampir berdesis tidak bersuara

Bukannya menjawab pertanyaan Kibum, Heechul malah sibuk menghalangi tubuh Rye Rim dari Kibum. Beberapa selang dari tubuh Rye Rim terlepas dan membuat gadis muda itu melenguh kesakitan, “Maaf….Rye Rim…..aku….” kata Heechul gugup—sejenak ia agak melupakan sosok tampan sekaligus menyeramkan di hadapannya sekarang

“Kau!!! hei manusia!!!!” unjuk Kibum kembali memasang tampang dinginnya, “Aku tidak tahu kau siapa dan aku tidak memiliki urusan denganmu, jadi jangan menghalangi tugasku—untuk mengambil jiwanya!!!” titah Kibum hendak menyingkirkan Heechul, tapi sayang yeoja itu semakin kuat memeluk Rye Rim dengan kedua tangannya

“Kau siapa?? mau apa kau dengan sahabatku?!!” giliran Heechul yang mengajukan pertanyaan, “Aku tidak akan membiarkan hantu sepertimu membawanya pergi!!!” erang Heechul terus bersingut menjauh sambil menyingkirkan tubuh Rye Rim dari atas kasur dan setengah berlari ke pojok ruangan.

Di sana Heechul menidurkan Rye Rim di lantai sementara ia memasang tubuh di depan sosok Kibum yang melayang mendekati mereka berdua

Kibum tetap bereaksi datar, “Aku bukan hantu—dan aku bukan mahluk serendah itu” ucap Kibum lambat lambat, “Jiwa gadis itu milikku! Aku harus membawanya sebelum tengah malam”

“Jiwa??” Heechul mencoba mencerna perkataan Kibum baik baik, “Kau?! Kau ini…..” tunjuknya mengarah pada tubuh Kibum yang memiliki sepasang sayap hitam di balik punggungnya

“Aku malaikat pencabut nyawa” Kibum kembali meletakkan sebelah tangan kirinya di dada, “Aku di utus untuk membawa Rye Rim pergi bersamaku detik ini juga, jadi aku mohon manusia, jangan menghalangiku” Kibum memandang Heechul dalam dalam, “kau bisa menyesal nanti” tambahnya bernada mengancam

“Pencabut….” Nafas Heechul memburu—tegang. Berkali kali ia menoleh menatap Rye Rim yang terbaring lemah—belum sadar dari kemarin kemudian berpaling pada sosok lelaki istimewa di depannya, “Rye Rim….maksudmu dia akan….” Heechul menelan ludah dengan susah payah, “Dia akan meninggal??”

“Meninggal?” tanya Kibum menaikkan sebelah alisnya, “Kami tidak memakai istilah itu—kami menyebutnya ‘penghantaran’ “ jelas Kibum bernada biasa.

Ia tidak peduli melihat wajah Heechul mengeluarkan air mata dan ada suara pilu dari mulutnya.

Kibum sudah di latih untuk mematikan emosi dalam keadaan apapun juga

“Tapi kau akan membawanya!!!” teriak Heechul tidak terima, “Kau tidak boleh begitu saja membawa Rye Rim!! Umurnya masih muda!!! Jangan…kumohon…..” suara marah Heechul berganti merendah sambil terisak sedih, “Rye Rim….dia…sahabatku satu satunya…..ku mohon jangan ambil dia…..”

Sayangnya permohonan Heechul tidak berarti apa apa bagi Kibum.

“Kau membuang waktuku ‘manusia’ “ tangan Kibum terangkat lagi—menengadah di atas Rye Rim, “Aku tetap akan membawanya sekara—“

“Tidak!!!” Heechul berbalik—membelakangi Kibum untuk melindungi Rye Rim. Kedua tangan kurusnya sampai memutih karena begitu erat merengkuh tubuh Rye Rim agar tidak di ambil oleh Kibum

Sang malaikat pencabut nyawa itu mengejek Heechul, “Percuma saja, yang akan aku bawa bukan tubuhnya….melainkan jiwanya……”

Setelah mengatakan itu, Kibum memejamkan matanya, berkonsentrasi memutar telapak tangannya di atas tubuh kedua yeoja itu tanpa memperdulikan keberadaan Heechul yang menghalanginya

Heechul tidak peduli apapun juga. Ia merunduk memeluk Rye Rim tanpa mau melihat apa yang Kibum perbuat di belakangnya. Yang Heechul tahu, tubuh Rye Rim masih hangat dan masih ada jejak nafasnya beraturan

“Dia tidak….berhasil…membawamu….” suara Heechul putus putus. Sekarang giliran tubuhnya merasa pusing. Kedua matanya lelah sehingga segera tertutup dalam hitungan detik. Kekuatan tangannya menghilang dan terkulai lemas menindih tubuh Rye Rim

Pusaran sinar terang kini berada di atas telapak tangan Kibum yang terbuka. Malaikat itu tersenyum tipis. Ekor matanya mendelik ke arah tubuh Heechul yang masih merunduk memeluk Rye Rim, “kenapa kau terdiam? Sedih melihat sahabatmu hingga tidak bisa bergerak?”

Terus menerus Kibum mengira jika Heechul terlalu shock menghadapi ajal Rye Rim sehingga tidak menyadari deruan nafas memburu terdengar di antara keduanya

Kibum memainkan pusaran sinar itu sebentar sebelum memasukannya ke balik jaket. Ujung ujung sayap hitam Kibum mulai terkembang lebar dan ketika tubuhnya menegak, ia menghentakkan kedua kaki—meninggalkan jejak dari bumi

“Tuan aku kembali” desis Kibum terus mengepakkan sayap lebih kuat untuk menembus beberapa lapisan langit yang membentang luas pada angkasa gelap malam hari ini

 Sementara itu….

PRANGGG

Ibu Rye Rim tidak sengaja melepaskan gelas di hadapannya begitu mendengar kabar mengejutkan yang di bawa suster rumah sakit, “Maksud anda apa Suster??” tanya Ayah Rye Rim tidak percaya

Sang suster juga kelihatan bingung dengan apa yang barusan ia lihat, “Lebih baik Anda berdua ikut dengan saya” pintanya separuh frustasi

Mereka bertiga akhirnya berlari kencang. Meninggalkan kafetaria rumah sakit dan berlalu memasuki lorong lorong rumah sakit kemudian sampai tepat di depan ruang ICU milik Rye Rim.

Beberapa dokter dan suster menggeleng sambil bergumam kecil. Komentar komentar mereka langsung menghilang ketika melihat kedua orangtua Rye Rim berjalan dengan wajah ketakutan. Ibu Rye Rim yang pertama menghampiri Dokter kenalannya, “Apa yang terjadi?? Anakku….apakah anakku???” cecarnya bernada histeris.

Sang Dokter menggeleng pelan meski wajah kelamnya masih tampak jelas

Ibu Rye Rim kembali bingung, “Ini ada apa sebenarnya Dok??” kata Ayah Rye Rim mendekat ke arah istrinya dan kerumunan suster, “Jika anak saya memang tidak apa apa kenapa anda semua—“

“Appa…” bisikan lemah Rye Rim yang susah payah berdiri di depan ruang ICU berhasil membuat ucapan keras Ayah Rye Rim kembali tertelan

Kedua orangtua tersebut saling bertukar pandangan tidak percaya

“RYE RIM!!!” Spontan Ibu Rye Rim menyela barisan para tenaga medis yang menghalangi pintu lalu memapah tubuh putrinya pelan, “Kau akhirnya sadar!!! Appa Rye Rim sadar!!!” pekiknya merasa bersyukur sambil tak henti hentinya mengelap wajah sembab Rye Rim

“Anakku!!!” Appa Rye Rim menghambur menghampiri kedua anggota keluarganya dan memeluk mereka penuh haru, “Anakku….kau akhirnya…..Ibu….Heechu—eh kemana gadis itu??” kepala Appa Rye Rim berputar ke sekeliling

Nihil. Heechul tidak berada di sana

Tapi Appa Rye Rim bisa menangkap helaan napas panjang dari seluruh staf dan jejak air mata yang membasahi wajah putrinya sendiri

Appa Rye Rim merasa sebagian dirinya bisa menangkap firasat buruk

“Appa!! Umma!!! Heechul….heechul….” Rye Rim yang baru sadar dari komanya, merebahkan diri dalam pelukan sang Ayah dengan pedih

“Apa maksudmu Rye?? Heechul tadi menunggumu di sini!” tukas Ibu Rye Rim masih tidak mengerti, “Dia kemana? Masa dia meninggalkanmu ketika sedang tersadar! Mana dia??”

Tidak ada yang menjawab Ibu Rye Rim

Hanya sebuah isak pelan dari putrinya yang membuat Ibu Rye Rim menjadi gugup dan merasa was was.

“Aish kalian semua kenapa?? Aku bertanya malah tidak ada yang berbicara!!!” Ibu Rye Rim memasuki ruang ICU sambil merengkuh tubuh Rye Rim—memapahnya pelan pelan “Sayang~ kau harus istirahat dulu, kau kan baru sadar—kenapa sudah turun dari atas kasur……”

Langkahnya terhenyak saat itu juga. Kedua matanya melebar ketika melihat lebih jelas sosok perempuan yang sudah berada di atas ranjang putrinya

“Heechul?” bisik Ibu Rye Rim hampa, “Kenapa dia bisa berada di sini?? Dia berbaring?? Ini…” Pertanyaan itu di tujukan kepada Rye Rim. Namun putrinya itu malah menggeleng tidak berdaya sambil terus menangisi kencang. Tangis yang belum pernah ia dengar sebelumnya

Ayah Rye Rim memberanikan diri melangkah mendekati sisi tempat tidur. Tatapannya kosong saat mendapati betapa pucatnya wajah Heechul—sahabat putrinya sendiri

Dengan pelan dan hati hati kedua tangan Ayah Rye Rim merengkuh wajah teduh itu. Dingin dan kaku

“Tidak….tidak..ini…….” Lutut Ayah Rye Rim terasa bergetar. Ia terjatuh lemas ke samping sebelum berteriak keras, “Kenapa Heechul bisa meninggal?? Apakah kalian tidak merasa aneh!!! Dia sehat Dokter!!! Kenapa malah—“ Ayah Rye Rim berhenti berbicara. Setitik air hangat menggenangi pelupuk matanya.

“Apa maksud—“ Ibu Rye Rim beralih pada putrinya, “Appamu salah lihat kan?! bagaimana mungkin Heechul meninggal! Tidak mungkin! dia sehat sehat saja tadi!! Dia malah sempat meminta bekal makanan siang—tadi Umma sudah belikan, dia suka sekali Bebek China….dia—“ Segera Rye Rim menghentikan ucapan Ibunya yang tanpa jeda, “Umma…itu benar…Heechul…..Heechul….hiks…Umma..dia….meninggal…..dia meninggal ketika memelukku……” Rye Rim kembali menangis histeris sambil menenggelamkan kepala di bahu Ibunya

“Ini…..” Ibu Rye Rim menoleh ke belakang, “Ini tidak benarkan Dokter??” tanyanya tidak percaya

Dokter menghampiri mereka dengan anggukan pelan, “Kami melihat sendiri, Heechul sudah tidak bernyawa ketika Rye Rim tersadar dari komanya…..” Dokter itu menarik napas panjang, “Tidak ada tanda apapun…..kemungkinan besar Heechul mengalami serangan jantung” hipotesis sang Dokter tidak begitu yakin

“Tidak!!!!” elak Rye Rim menepis komentar sang Dokter dengan kepala mendongak—menatap Ibunya, “Aku yakin….entahlah Umma…tapi aku yakin…..Aku yakin Heechul melindungiku….entah dari apa, tapi aku bisa merasakannya!!”

Rye Rim melepaskan pelukan Ibunya untuk bergabung di sebelah Ayahnya yang sedari tadi masih tertunduk dengan bahu naik turun secara tidak beraturan, “Aku yakin….seolah olah Heechul menggantikan tempatku untuk ‘pergi’….” Bisiknya meraih sebelah tangan Heechul yang sudah membeku—kaku…

*****

Sosok itu mengetuk jemari jemari tangannya yang sepuluh kali lipat di bandingkan jari manusia biasa, di atas singgasananya. Kepalanya yang bertopang dagu, sedikit terangkat begitu mendengar kepakan sayap lembut mengarah ke ruangannya

“Silahkan masuk saja” pintanya bersuara menggelegar dan membuat seluruh jagat raya bergetar hebat

Kibum masuk dengan sikap resmi. Kepalanya terus tertunduk ketika berjalan mendekati sosok itu, “Tuan” sapanya menaruh sebelah tangan kiri di dada

Sosok itu mengangguk bersahabat, “Mana ‘Jiwa’ itu?” tanyanya mengulurkan tangan ke depan—secara tidak langsung menyuruh Kibum supaya meletakkan jiwa tersebut di sana

“Ini” dengan cepat, Kibum mengambil segumpalan cahaya terang dari dalam jaket tebalnya dan melemparkannya pelan pelan hingga terdampar tepat di atas sosok besar itu

“Hmm…..Kibum” Sosok itu memiringkan kepalanya melirik kejauhan, “Kau ingat apa pesanku terakhir—sebelum kau pergi bertugas?”

“Aku—“ Kibum memejamkan matanya—memorinya yang berjuta juta kali lebih kuat dari manusia dapat memutar kembali kenangan beberapa jam sebelumnya. Kedua mata Kibum terbuka lebar, suaranya monoton seperti mengutip sebuah surat kabar, “ ‘Jangan sampai kau salah membawa jiwa, aku tidak mau itu sampai terjadi’ Itu kata kata anda Tuan” ucap Kibum sempurna, tanpa kurang satu katapun

Sosok itu memutar kumpulan cahaya dalam telapak tangannya, “Lalu ini apa?” tanya sang sosok melemparkan cahaya itu memutar di antara mereka berdua.

Cahaya itu memecah—menjadi beberapa bagian terpisah yang membentuk beberapa bagian tubuh manusia yang menyatu kembali membentuk siluet manusia utuh di hadapan Kibum dan Sosok besar tersebut

Siluet tubuh manusia perempuan yang begitu bercahaya.

Dan yang membuat Kibum tersentak, hampir terjengkal ke belakang adalah karena perempuan itu bukanlah perempuan yang seharusnya ia ambil jiwanya

“Dia?!” kata Kibum terbata bata. Wajah datarnya sejenak menampakkan keterkejutan luar biasa ketika manusia itu membuka kedua matanya.

“Hmm…..Kim Kibum….” Sosok besar itu mendesah panjang—sangat kecewa, “Aku sudah memperingatkan dirimu” katanya mengingatkan

“Tapi Tuan—“ , “Ng” ucapan Kibum dan manusia itu terdengar saling tumpang tindih

Sang manusia yang terlebih dahulu memperlihatkan ketakutannya. Dengan wajah putih bersih dan terlihat bercahaya, ia menggeleng—memandang ke sekelilingnya, “Ini dimana???” ia mundur beberapa langkah, meski percuma—tidak ada sudut ataupun pojok ruangan.

Sang manusia baru menyadari kalau ruangan ini seperti tempat cahaya terbesar yang pernah ia jumpai atau temui. Cahaya besar itu berasal dari sosok gagah di depannya.

“Kau??” bibirnya bergetar hebat dan tubuhnya melemah ketika kedua matanya tidak bisa menatap jelas sosok besar di hadapannya

“Tidak sopan” suara halus dan datar Kibum berhasil memindahkan fokus sang manusia yang baru sadar jika ada orang lain di belakangnya, “Harusnya kau menunduk. Tidak pantas menatap Tuan dengan wajah bercelamu” suruh Kibum memberi isyarat agar sang manusia tidak terus menerus melihat ke arah cahaya besar itu

Bukannya menuruti perintah Kibum, sang manusia malah berjalan cepat ke arah Kibum dengan amarah meluap, “Kau!!! Kau yang membawaku kemari bukan??!!! Dasar malaikat gadungan!!!” teriak Heechul galak. Ia sudah mau menyentuh jaket hitam Kibum jika saja sosok itu tidak bersuara begitu besar dan memekakkan telinga

“BERHENTI” suara itu sontak membuat Kibum mundur beberapa langkah—masih menundukkan kepala sementara Heechul membeku di tempat. Hatinya berkata jangan melawan sosok itu jika tidak ingin celaka. Akhirnya ia melupakan dendamnya sebentar pada Kibum lalu berdiri agak jauh dari malaikat itu

 Heechul tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya apapun, “Siapa Anda?” tanyanya lebih sopan, mengikuti langkah Kibum agar menundukkan kepala

Suara redaman halus dari Sosok itu menyapu suasana sekeliling. Heechul merasa ada angin sejuk yang menyapu tubuhnya menjadi begitu ringan. Sosok itu tersenyum lebar meski tidak bisa di lihat oleh Kibum dan Heechul, “Menurutmu….siapakah Aku?” ia bertanya balik

Kening Heechul berkerut. Ia terdiam. Pikirannya berusaha memikirkan segala sesuatu secara bersamaan. Terutama pertemuannya dengan Kibum—sang malaikat pencabut nyawa

Eh? Tunggu dulu! Malaikat? Berarti ini di….. Batin Heechul bergemuruh hebat. Kedua tangannya menengadah di hadapannya. Tangan yang berpendar penuh cahaya.

Lalu pakaian ini, darimana Heechul bisa mendapatkan pakaian putih ini? Bukankah ia terakhir menggunakan kemeja hitam saat menjaga Rye Rim?

Seolah olah ada yang membisikkan sesuatu, mulut Heechul bergerak dengan sendirinya, “Apakah aku sudah mati? Berarti ini adalah…..”

Sosok itu kembali tersenyum hangat, “Tidak—kau tidak mati, dan yah kalau kau bisa menebak ini dimana berarti, kau sudah mengetahuinya” tambah sosok itu bernada puas

“Dimana?” ulang Heechul berbicara pada dirinya sendiri, “Ini……aku…tidak mungkin Anda pasti tahu—aku di mana? Tolong beritahu aku” pintanya masih sedikit merunduk—takut kedua matanya hancur karena terus menatap sosok yang tidak terlihat jelas wajahnya itu

Bukannya menjawab pertanyaan Heechul. Sosok itu malah mengangkat tangannya—berusaha menahan rasa ingin tahu dari manusia di depannya

“Kim Heechul…..” Sosok itu merenung sejenak, “Yeoja yatim piatu yang tinggal bersama seorang nenek dan memiliki sahabat kental yang bernama Song Rye Rim….hmm…..” suara besar, menggelegar dan penuh kharisma itu menuturkan kebenaran, “Apakah aku salah? Itu benar kau bukan?” tanya memastikan

Tidak perlu berkata apapun. Dari mimik muka Heechul yang terlampau tidak percaya sudah memberikan gambaran betapa herannya ia dengan sosok ini

“Anda….” Mau tidak mau Heechul mencoba menghalau pikiran anehnya. Tidak mungkin. Jangan bilang jika ia sudah bertemu dengan….

Sayangnya tidak ada yang tersembunyi bagi Sosok Maha Besar itu. Ia mengangguk puas membaca pikiran Heechul yang transparan baginya, “Kau benar….Aku adalah Tuhan….” Katanya bijak dan penuh ketenangan

“Tuhan….” Tubuh Heechul tersungkur di lantai. Bahkan tanpa di minta, air matanya mulai mengalir deras membasahi wajahnya.

Bagaimana tidak? Heechul akhirnya bertemu dengan seseorang yang selama ini ingin ia temui. Dan sekarang sosok itu berada di depannya. Tepat di depannya.

“Ada yang ingin kau tanyakan, Heechul?” kata Tuhan mengetahui pikiran setiap manusia yang di ciptakannya

Heechul menyeka air matanya, “Ya….banyak sekali” bibirnya bergetar hebat dan jantungnya seolah olah masih berada di tempatnya—berdetak begitu cepat, memacu adrenalinnya yang memuncak, “Kalau boleh tahu….kenapa Anda membiarka—“

“Membiarkanmu seorang diri hidup sementara kedua orangtuamu meninggal saat kecelakaan mobil waktu kau masih kecil?” Heechul lupa kalau Tuhan Maha Tahu dan Maha mendengar. Tuhan pun kembali melanjutkan pertanyaan besar dalam diri Heechul, “Atau apakah kau mau bertanya kenapa Aku begitu tega membiarkanmu susah payah mengurusi nenekmu seorang diri sedangkan kau sendiri harus membiayai uang sekolahmu dari hasil jerih payahmu sendiri?”

Butuh beberapa menit untuk Heechul supaya bisa menguasai diri. Dari dulu memang pertanyaan itulah yang ingin ia utarakan, tapi entah kenapa sekarang bukan itu prioritas Heechul. Pikirannya kembali mengenang sebagian ingatan saat Kibum salah menarik jiwanya dan bukan jiwa Rye Rim

“Rye Rim??” mendadak pemikiran Heechul sewaktu menjadi manusia terkumpul dalam otaknya, “Bagaimana keadaan dia??? Dia…” Heechul berpaling ke arah Kibum yang tidak bergerak sama sekali. Tubuhnya seolah olah membatu di samping Heechul—masih dalam posisi membungkuk hormat dengan sebelah tangan menyilang di dada

Kepala Kibum bergerak sedikit, “Aku salah membawa jiwa” jawabnya datar namun tersirat emosi amarah pada suaranya

“Kau salah membawa apa??” Heechul langsung mengguncangkan tubuh Kibum. Tapi yang membuat Kibum heran adalah raut wajah Heechul malah berubah gembira. Ia tidak sama sekali bersedih padahal jiwanyalah yang terbawa. Bukan Rye Rim

Pegangan kedua tangan Heechul mengendur, “Berarti dia selamat…..” ia tersenyum lebar membayangkan wajah bahagia kedua orangtua Rye Rim melihat anaknya sembuh dari koma

“Tapi kau tidak” sela Tuhan berpangku tangan di hadapan Heechul dan Kibum

Kedua orang itu spontan menoleh tapi cepat cepat mereka memicingkan mata agar tidak terlalu silau melihat cahaya terang dari sosok Tuhan

Tuhan melanjutkan perkataannya, “Jiwamu terambil sebagai ganti dari Rye Rim” tuturnya sedikit menatap Kibum—penuh arti. Kibum yang tahu akan kesalahannya, kembali tertunduk, “Maaf Tuan, ijinkan aku menebusnya” pintanya sangat menyesal, “Aku bisa—“

“TIDAK!!!” tukas Heechul meledak penuh emosi—ia tahu betul maksud perkataan Kibum, “Kau tidak boleh membawanya kemari!!!”

Pandangan Tuhan beralih pada Heechul, itu bisa di lihat dari cahaya berpedar pendar yang menyilaukan wajah Heechul dalam jarak jauh sekalipun, “Heechul…..jangan sampai membuatku murka…” suaranya berubah berat dan penuh penekanan. Keheningan mendadak menerpa ruangan itu.

Heechul terpaksa berpegangan entah pada apa karena langit tiba tiba mengeluarkan petir menggelegar dan ada kilatan tajam dari dalamnya.

Serentak Bumi tersiram oleh air hujan kemarahan

 “Tapi Tuhan…” kali ini Heechul tahu posisinya yang bukanlah siapa siapa. Tubuhnya tertunduk kembali—lebih tenang dari sebelumnya, “Rye Rim…tidak…tidak berhak untuk mati sekarang! Dia punya impian, dia punya masa depan dan dia……” Heechul mengucapkan apa saja agar bisa membujuk Tuhan

“Apa maksudmu—itu kehendak Ku!” kata Tuhan meninggikan suaranya meski tidak semarah tadi. Ia terhenyak bersandar pada singgasananya—menatap sendu sekaligus kasihan pada Heechul, “Kalau dalam 24 jam Kibum tidak mengembalikanmu, kau tidak bisa kembali untuk selamanya dan aku terpaksa memasukkanmu ke neraka karena berani menghalangi RencanaKu” ucap Tuhan lembut

Bagai awan menyelimuti Bumi. Meredanya amarah Tuhan membuat langit berubah cerah di sertai matahari hangat menyinari Bumi.

Manusia yang lalu lalang mencari tempat berteduh, terheran heran. Mereka menolehkan kepala keluar dengan pandangan bertanya tanya

“Aku tidak apa apa” seru Heechul sungguh sungguh, “Jauh lebih berharga Rye Rim hidup ketimbang diriku. Kumohon….ini tidak apa apa” bisiknya memohon begitu rupa sampai sampai Kibum yang masih berlutut di bawah, memandang ke arahnya—penuh penilaian

“Tapi kau akan masuk neraka” Tuhan memberi peringatan, “Dan itulah tidaklah mudah—tidak ada siang dan tidak ada malam di sana. Tidak ada istirahat, tidak ada belas kasihan. Segala sesuatu yang kau bayangkan paling buruk sekalipun tidak ada apa apanya di bandingkan dengan seluruh isi neraka”

Mendengar itu Heechul hanya tersenyum simpul, “Mungkin aku lancang Tuhan….tapi….” Sejenak Heechul terdiam—memegangi dadanya yang masih terasa ngilu setiap kali mengingat kejadian pahit bertahun tahun lalu, “Aku tahu neraka itu apa ketika kedua orangtuaku meninggal…..aku tahu rasanya Tuhan……seolah olah tidak ingin membuka mataku lagi….” kedua mata Heechul yang sudah membengkak dari tadi—menerawang jauh. Sudah cukup ia merasakan neraka di dunia. Bahkan jika neraka yang sebenarnya jauh lebih buruk dari itu, Heechul bisa menerimanya.

Tuhan sudah memberikan waktu tambahan untuknya selama ini dan sekarang Heechul merasa selesai.

“Tidak ada sesuatu yang mau kau selesaikan di dunia?” tanya Tuhan membuyarkan lamunan panjang Heechul, “Ataukah kau tidak kasihan karena nenekmu satu satunya akan tinggal sendirian?” pancing Tuhan dengan maksud tertentu

Heechul menggeleng pelan, “Tidak ada—saya ikhlas” bisiknya jujur, “Dan masalah kesehatan Nenek…..” Heechul mengingat ingatan manusianya yang rapuh ketika sedang bersama sama Rye Rim—Rye Rim yang baik, Rye Rim yang murah hati, Rye Rim yang rela berkorban demi sahabatnya. Ia yakin, Rye Rim akan menjaga sang nenek untuknya, “Aku sudah mempercayakan seseorang sebagai gantiku menjaga nenek” jawab Heechul tersenyum pahit

“Hmmm~” Tuhan menarik napas panjang. Terdengar bunyi dentuman halus dari arah singgasana hingga ke tempat Heechul dan Kibum berdiri. Cahaya dari wajah Tuhan nampak semakin terang—cahaya itu berputar putar mendekati Heechul

Heechul menggenggam erat kedua tangannya—tubuhnya terasa gugup. Ia mencoba untuk menenangkan diri menghadapi maut yang sekarang akan menghantarnya ke neraka

“Tidak adil jika hanya kau yang Ku hukum” titah Tuhan menunjuk sebelah tangannya ke arah Kibum, “MalaikatKu juga telah melakukan kesalahan, maka dari itu kalian berdua akan di hukum secara bersamaan” tegasnya dengan suara menggelegar hebat.

Kibum yang sejak awal tidak pernah melawan perintah Tuannya, hanya mengangguk kecil. Tidak memperlihatkan emosi nyatanya seperti Heechul, “Apapun kehendakMu akan saya terima” katanya kaku

Tanpa mereka ketahui, Tuhan tersenyum penuh misteri saat memandangi kedua mahluk berbeda di hadapannya. Sekali lagi Tuhan mengarahkan wajahnya yang di selimuti cahaya terang ke arah Heechul dan Kibum, “Kibum!” panggilnya anggun dan bijaksana. Tidak ada mahluk yang berani menentang suara lantang Tuhan

“Ya Tuan?” balas Kibum masih berlutut layaknya kesatria

“Aku ingin kau—mulai sekarang! Membawa serta Heechul dalam setiap pekerjaanmu dan—“ Tiba tiba Tuhan berhenti berbicara ketika melirik wajah Kibum yang biasanya setenang patung, mendongak terkejut, “Biarkan Aku menyelesaikan perkataanku terlebih dahulu” perintahnya.

Kibum kembali menundukkan kepala

Tuhan berdeham puas, “Bawa Heechul saat kau akan turun ke Bumi. Aku mengijinkannya ikut campur pada saat kau bekerja” Kembali, Tuhan tersenyum penuh makna, “Tenang saja…ini bersifat sementara. Aku akan menariknya kembali begitu waktunya tepat”

Heechul yang sedari awal memang tidak mengerti satu perkataan pun dari Tuhan, hanya bisa mendelik pada Kibum yang terlihat merenung seorang diri

Bekerja? Bekerja seperti apa? Pikir Heechul tidak berani bertanya langsung pada Tuhan

“Bersedia kau Kibum?” tanya Tuhan sekali lagi

Kibum tidak punya pilihan lain. Jelas ini adalah hukuman berat dari Tuhan. Membawa jiwa ketika Kibum sendiri bekerja untuk mengambil jiwa? Pasti sungguh merepotkan! Apalagi jika jiwanya seperti Heechul. Benar benar hukuman berat. Gerutu Kibum dalam hati

Tapi Kibum tidak mungkin melawan kehendak Tuhan. Maka dari itu ia hanya bisa mengangguk enggan dalam posisi berlutut, “Saya bersedia Tuan” jawabnya

“Bagus!” suara Tuhan berdentang indah—memenuhi seluruh jagat raya dengan melodi termerdu yang pernah ada. Hatinya sangat senang setiap kali perintahnya di turuti oleh setiap mahluk ciptaan Nya, “Sekarang kau bisa membawa Heechul pergi sekarang juga untuk membawa jiwa yang siap kau ambil di sebelah selatan—tidak jauh dari pusat kota Seoul. Di sana ada anak berumur 12 tahun yang terkena penyaki kanker darah” kata Tuhan memberi penjelasan

Kibum mengangguk. Ia tidak boleh gagal pada tugas keduanya. Dengan sangat enggan, Kibum berpaling ke arah Heechul, “Kita harus pergi” ucapnya sambil mengulurkan sebelah tangannya pada Heechul

Heechul termangu di tempat—tidak mengerti sama sekali percakapan antara Tuhan dan Kibum.

“Ayolah….kau dengarkan perintah Tuhan? Kau harus ikut denganku saat bertugas, jadi—” Kibum menarik tangan kanan Heechul lalu menggenggamnya erat erat, “Eits! Kau mau apa!!” erang Heechul memukul tangan Kibum yang dingin dari atas tangannya, “Jangan memberontak manusia” sela Kibum bernada malas, “Aku yang punya sayap di sini! Jiwa mu bisa melayang entah kemana jika tidak kutuntun. Jadi berhenti mengajakku berdebat” Kibum melayangkan tatapan marahnya. Kedua mata Kibum yang berubah hitam kelam sontak membuat Heechul ketakutan, ia tertunduk sejenak, “Baik…” jawab Heechul dengan suara tercekat

“Bagus” suara Tuhan kembali membahana di antara ruangan luas nan indah ini, “Karena kalian sudah bisa berdamai satu sama lain—sekarang silahkan pergi menjalankan tugas” usul Tuhan menunjuk pintu keluar yang tiba tiba muncul dari seberang singgasananya

Sayap sayap hitam milik Kibum menjulang tinggi. Refleks bergerak bebas ketika sang malaikat memejamkan matanya. Sayap sayap itu terkepak pelan pelan sebelum menambah kecepatannya

Heechul terperangah melihat ke lantai. Kedua kakinya yang dari tadi sudah melayang ternyata melayang semakin ke atas. Mengikuti langkah Kibum yang menuntunnya dengan sebelah tangan

Kibum menunduk hormat sekali lagi, “Kami pergi dulu Tuan”

Tuhan membalasnya dengan anggukan halus, “Pergilah—dan kali ini jangan salah membawa jiwa lagi”

“Baik”

Heechul sempat tersendat sendat—terlambat memberikan hormat ketika akhirnya Kibum terus menariknya keluar dari ruangan penuh cahaya tersebut.

Dan saat mereka berdua sudah menghilang dari balik pintu. Tuhan tersenyum puas, “Aku memang Hebat” ujarnya memikirkan berbagai rencana yang tidak seorangpun dapat mengetahui Nya

TBC

25 responses to “≈All My Heart-{Part 1}≈

  1. another FF ^^
    onnie ~~~~
    pasti onnie kangen banget sama kibum sama heenim yah?
    bagus kok onnie, jgn pernah mikir FF onnie ga bagus 😦
    aku kan selalu dukung onnie, rasanya tuh Super Junior + Sebas-onnie sepaket banget <33
    meskipun heenim mau wamil & ga akan liat dia 2 tahun ke depan, aku bisa ngerasa deket banget sama heenim kalo ngebaca FF onnie..
    you described him like he really are!!! no out of character :]
    onnie, love Ur fiction ~
    ayo ayo.. jangan nyerah ^^
    kalopun onnie emang mau hiatus, aku juga bakal nunggu onnie comes back..

    *pinky promise*

    big hugs & much kisses ❤ ^^
    xoxo

  2. kak sebas,, aq jadi kangen sama heechul,, apakah akan seperti ini?? heechul menghilang di dunia nyata?? ANDWE!!! yah,tapi apa boleh buat, ia harus menyelesaikan tugasnya terhadap negara I’ll will be waiting for heechul, FF yang bagus uni,, setidaknya bisa menghilangkan rasa rinduku kepada heechul yang 2 hari lagi akan meninggalkan kita untuk menyelesaikan tugasnya ,, Woo U Biccal KIM HEECHUL,SARANGHAE YO KIM HEECHUL . akhirnya FF tentang heechul di kabulakn juga,,saranghae sebas uni^^

  3. Mit ceritanya KEREN! TOP banget \(‾▿‾)- -(‾▿‾)/ ahhh baca ttg Heenim begini hati gw kok ngilu mit. Gimana nanti pas yg lain nyusul yah. Terutama Eunhyuk… Suju I’ll will wait u all until 13. Even though it’ll need 7 years or more…

  4. huwaaaah~ keren, bingung juga mo komen paan..
    baru pertama kali baca yg beginian, biasany ttg dunia bawah
    tapi keren kq onn, daebak!! double thumbs d^^b

  5. Whoaa.. Another story about HeeBum.. Dr awal bc udh seruu.. Kibum jd malaikat pencabut nyawa hihi..

  6. kasian sama Heechul tiba-tiba keambil nyawanya..
    serem nih pasti kibumnya kalau aku ktmu,, sayapnya item tapi ganteng kan pastinya.. kkkk
    aku ga tau tiba2 nangis baca ff nya,,
    terusin ya onnie,,

  7. Sebasss – adindaa dihitna comeback (?)
    Ff baru ni ye – merinding gue baca yg bersangkutan sm tuhan – salah salah gue kena azab ƗƗɑƗƗɑƗƗɑƗƗɑ..

  8. Heebum!!
    Aku suka couple ini… Kya!!
    Kibum jdi malaikat pencabut nyawa…
    KEREN..!! >\\\<

    Lanjut ah lanjut.. Mau baca part 2nya..
    Hohohohoohho

  9. huuaaaa…. kibum jdi malaikat pncabut nyawa ><
    hebatt unn,,,
    koc yg dbwa nyawa'a heechul sie.. hehe
    unn hbat bgt,, inspirasi'a ampe tinggi bgt..
    kta" yg unn ada ato sjak"a sukses bkin mrinding..
    ^^
    mw lnjut ke part 2 dlu..
    *hug unn*

  10. ad sedikit tetesan air mata keluar
    ad sedikit senyuman terulas
    ad sedikit tawa tergambarkan

    dan ad kehebatan yang terkandung di dalamnya ><

    love jung miCHAN ^^/

  11. Hehe.. aku baca ini habis baca note “Be Nice,please” huhuu…
    Bagus sih. Aku suka cara deskripsi, perumpamaan2nya.
    keren kok.
    Tapi, sorry, kalo cerita kayak gini, apa gak kesannya kita apa ya…
    masalahnya, soal hidup, kematian, malaikat, nyawa, dan Tuhan, itu sifatnya rahasia.
    gak ada yang tahu, gak ada manusia yang mengerti.
    jadi aku sebenarnya, emm… agak kurang pas lah kalo pake ‘Tuhan’

    aku tahu, mungkin kamu mau utamain ceritanya, inti dari kisahnya.
    Tapi mungkin bakal lebih tepat kalo ga pake Tuhan. Mungkin seharusnya bisa diganti frasa lain sih.
    Tapi ga tau juga. Hahaha….

    Tapi yaudah, ga pa-pa. Kita coba mikir positif aja.
    huhuu… Ini bagus kok!
    Aku selalu suka cara bercerita kamu.
    *kabur ke part2 XD

  12. hwa~ new FF ^^
    keren xD
    imajinasi onnie bikin aku iri T,T
    jangan pernah mikir FF onnie gk bagus ya 🙂 FF onnie itu keren banget malah

  13. muaahh~~!! jarang aku baca ff yang semacam ini kak..imajinatip! *halah* ga kok kak, ff kak sebas itu buaguus semua! buktinya banyak yang suka karya2 kakak kan? hayoo?

    nice ff kak! ^^ *meluncur ke part 2*

  14. ya ampun! Kibum jadi malaikat pencabut nyawa? Hoaaaa keren..

    Persahabatan Heechul Rye Rim erat banget,udah kaya sodara ya ampun..
    Iri deh..

    Si Kibum salah bwa jiwa? Ckckck jodoh (?)
    Nice ff kak.. ^^

  15. ceritanya keren thor ^^
    btw ini tentang malaikat pencabut nyawa, hmpir mirip sm ff yg aku buat ._. tp jln critanya eda kok thor 😉

    heheh semangat thor, ffku masih jelek TT^TT hehhe
    fighting 🙂

  16. Kibum oppa jadi malaikat penyabut nyawa,…
    jadi mau ketemu deh sama malaikat sekeren itu. Kira-kira Heechul oppa gimana ya sama Kibum oppa?

  17. huwaaaa~~ baru baca sekaranf!!
    astaga unn…
    udah mao nangis, ekh!! koq tiba2..

    Andai saja, oh andai saja sayap itu tidak ada….Heechul pasti sudah berteriak maling detik ini juga…..

    muakaka!! bikin Qw ngakak aja..
    unn sebas daebak..
    mao baca lanjutan nya dulu..

    Hwaiting!!

  18. aku baru baca FF ini eon..
    ngebayangin mukanya kibum jadi malaikat pencabut nyawa trus salah nyabut nyawa orang haha

    inspirasinya dapet dari mana si eonni??kenapa ff eonni yag aku baca selalu keren..hehe the best bgt eonni..keep smile yaa 🙂
    FIGHTING 😀

Tinggalkan Balasan ke nining Batalkan balasan